Niat, Tata Cara, Waktu Iktikaf dan Doa Malam Lailatul Qadar Baca artikel detikhikmah, "Niat, Tata Cara, Waktu Iktikaf dan Doa Malam Lailatul Qadar"

Bacaan Niat Itikaf Arab, Latin dan Artinya

Untuk diketahui, niat iktikaf tergolong ke dalam rukun pelaksanaannya, sebab iktikaf merupakan ibadah murni yang mesti diniatkan sebelumnya. Berikut ini merupakan bacaan niat iktikaf lengkap dengan arab latin dan artinya yang dinukil dari buku Fikih Madzhab Syafi'i karya Syaikh Alauddin Za'tari.


Arab latin: Nawaitul i'tikaafa fii haadzal masjidi lillaahi ta'aalaa


Artinya: "Saya niat iktikaf di masjid ini karena Allah SWT,"


Selain niat di atas, bisa juga membaca niat iktikaf versi lainnya seperti di bawah ini,

Arab latin: Nawaitu an a'takifa fii haadzal masjidi maa dumtu fiihi

Artinya: "Saya niat iktikaf di masjid ini selama saya berada di dalamnya,"


Untuk niat iktikaf nazar berbeda dengan niat pada umumnya. Berikut bacaannya yang dikutip dari Buku Induk Fikih Islam Nusantara oleh KH Imaduddin Utsman al-Bantanie:


Arab latin: Nawaitul i'tikaafa fii haadzal masjidi (sejumlah hari dinazarkan) fardhan lillaahi ta'aalaa


Artinya: "Saya niat iktikaf di masjid ini (sejumlah hari dinazarkan) karena Allah SWT,"


Tata Cara Iktikaf yang Perlu Diperhatikan

Dalam mengerjakan iktikaf, ada sejumlah tata cara yang harus dipahami. Seperti apa? Simak pembahasannya yang dijelaskan oleh Dr Muh Hambali MAg dalam buku Panduan Muslim Kaffah Sehari-Hari.


Membaca niat iktikaf

Berdiam diri di masjid dengan mengerjakan berbagai amalan seperti zikir, tafakkur, membaca tasbih, hingga tadarus Al-Qur'an

Hindari perbuatan yang tidak berguna agar ibadah iktikaf tersebut menjadi momen untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT

Ketentuan Waktu Iktikaf

Menurut buku Memantaskan Diri Menyambut Bulan Ramadhan yang disusun oleh Abu Maryam Kautsar Amru, waktu itikaf bisa dilakukan kapan saja, tidak hanya ketika bulan Ramadan. Meski demikian, dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa iktikaf bisa dikerjakan pada 10 malam terakhir bulan Ramadan,


Dari Abu Hurairah RA, beliau menyampaikan:


"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam selalu i'tikaf setiap bulan Ramadhan selama 10 hari. Tapi pada tahun dimana beliau wafat, beliau iktikaf selama 20 hari," (HR Bukhari)


Sementara itu, mengenai ketentuan waktu maksimal iktikaf menurut para ulama ialah tidak ada batasannya, seperti ditulis dalam buku Panduan Ramadhan: Bekal Meraih Ramadhan Penuh Berkah susunan Ruhyat Ahmad. Namun, apabila ingin mengerjakan di 10 malam terakhir maka bisa memulai dengan memasuki masjid seusai salat Subuh di hari ke-21.


Adapun, mengenai batas minimal waktu iktikaf ada perbedaan pendapat antara para ulama. Mengutip dari buku Sukseskan Bisnismu dengan 21 Amalan Sunnah yang Terbukti Dahsyat karya Ahmad Jarifin, mazhab Hanafi menyatakan iktikaf dapat dilakukan minimal sehari.


Sementara mazhab Maliki menyebut minimal iktikaf ialah sehari semalam. Kemudian, Imam Syafi'i, Ahmad, dan Ishaq bin Rahawih berpandangan ukuran minimalnya ialah apa saja yang layak disebut berdiam diri dan tidak disyaratkan harus duduk.


Dalam sebuah hadits Umar RA berkata:


"Aku pernah bernazar pada zaman jahiliyah untuk iktikaf semalam di Masjidil Haram, maka Rasulullah berkata: 'Tunaikanlah nazarmu,'"


Berdasarkan hadits tersebut, maka menjadi isyarat bahwa iktikaf bisa dikerjakan selain bulan Ramadan. Tetapi, iktikad pada bulan Ramadan menjadi lebih utama dalam rangka mencari malam lailatul qadar.

Doa Itikaf yang Mustajab untuk Dipanjatkan

Merujuk pada buku Panduan Muslim Kaffah Sehari-Hari, disunnahkan memanjatkan doa saat beriktikaf, berikut bacaannya:


Arab latin: Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwan fa'fu 'anni


Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau suka memberi maaf, maka maafkanlah aku,"


Doa di atas juga disebut sebagai doa lailatul qadar. Para ulama menganjurkan untuk memperbanyak doa tersebut sambil membaca Al-Quran dan berzikir.