Tokoh di Balik Kejayaan Mataram Islam, Sultan Agung Hanyokrokusumo

Melansir pada buku Kitab Terlengkap Sejarah Mataram oleh Soedjipto Abimanyu, nama Sultan Agung merupakan sebuah gelar dari gelar yang telah diperolehnya. Nama asli dari Sultan Agung ialah Raden Mas Rangsang atau Raden Mas Jatmika. Kemudian, setelah naik tahta, Raden Mas Rangsang mendapat gelar Panembahan Hanyokrokusumo atau Prabu Pandita Hanyokrokusumo. Gelar yang diperoleh terus bertahan sampai Sultan Agung menaklukan madura pada tahun 1624. Sejak itu, Sultan Agung mengganti gelarnya menjadi Sunan Agung Hanyokrokusumo.

Selain berhasil membawa pada puncak kejayaan kerajaan Mataram Islam, Sultan Agung juga terkenal sebagai raja yang sakti mandraguna, berwibawa, dan bijaksana. Selain itu kesaktian dari Sultan Agung semakin lengkap dengan hadirnya dua sosok sakti yang berada di samping Sultan Agung, yaitu Ratu Kidul dan Bau Reksa. Bau Reksa merupakan seorang patih atau semacam perdana menteri pada masa Sultan Agung Hanyokrokusumo.


Kesuksesan Mataram Dibawah Pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo

Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Mataram berkembang pesat dalam berbagai bidang, mulai dari memperluas wilayah, politik, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya. Berikut pencapaian kerajaan Mataram dibawah pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo:


1. Berhasil dalam memperluas wilayah daerah kekuasaan sampai meliputi Jawa, Madura (kecuali Banten dan Batavia), Palembang, Jambi, dan Banjarmasin.

2. Mengatur dan mengawasi wilayahnya yang luas dari pemerintah pusat (Kotagede).

3. Melakukan kegiatan ekonomi yang bercorak agraris dan maritim. Sehingga Mataram menjadi pengekspor terbesar pada masa tersebut.

4. Mengubah perhitungan tahun Jawa-Hndu (Saka) menjadi tahun Islam (Hijriah) yang berdasarkan peredaran bulan sejak 1633.

5. Menyusun karya sastra yang cukup terkenal, yakni Sastra Gendhing.


Mengutip dari Kebudayaan Jogjakarta, Sultan Agung juga dikenal sebagai salah satu raja yang berhasil membawa kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada 1627, tepatnya serelah empat belas tahun Sultan Agung memimpin kerajaan Mataram Islam.


Kehadiran Sultan Agung sebagai penguasa tertinggi, membawa Kerajaan Mataram Islam kepada peradaban kebudayaan pada tingkat yang lebih tinggi. Sultan Agung juga memiliki keahlian baik dalam bidang militer, politik, ekonomi, sosial dan budaya sehingga menjadikan peradaban kerajaan Mataram pada tingkat yang lebih tinggi.


Sultan Agung dalam Melawan VOC


Sultan Agung merupakan penguasa lokal yang pertama secara besar-besaran melakukan perlawanan pada Belanda ketika VOC (Vereenigde Ooos Indische Compagnie) datang ke Batavia. Perlawanan tersebut disebabkan karena Sultan Agung menyadari VOC dapat membahayakan kekuasaan Mataram Islam di Pulau Jawa. Pada waktu itu kekuasaan Mataram Islam hampir seluruh Jawa mulai dari Pasuruan hingga Cirebon.


Sultan Agung memiliki prinsip untuk tidak pernah bersedia berkompromi dengan VOC maupun penjajah lainnya. Namun serangan Mataram Islam terhadap VOC yang ada di Batavia mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan karena tentara VOC membakar lumbung persediaan makanan pasukan kerajaan Mataram Islam pada saat itu.


Peninggalan Kerajaan Mataram Islam

Melansir pada Melansir pada buku Manusia, Indonesia, Alam & Sejarahnya oleh Noor Hidayati, S.Pd., M.Pd. dan Huriyah, S.Pd., M.Pd., Peninggalan kerajaan Mataram Islam menyisakan peninggalan di Surakarta dan Yogyakarta. Bangunan-bangunan peninggalan kerajaan Mataram Islam di Surakarta, antara lain: Benteng Vastenburg, Pasar Gedhe Hardjonagoro, Rumah Sakit Kadipolo. Kemudian, peninggalan kerajaan Mataram Islam di Yogyakarta, yakni Masjid Agung Gedhe Kauman, Masjid Kotagede, Masjid Pathok Netagara Sulthoni, dan Masjid Agung Kraton Surakarta Plosokuning.


Selain meninggalkan bangunan sejarah, Mataram Islam juga meninggalkan kebudayaan yang memiliki perpaduan antara kebudayaan Jawa asli, Hindu, Buddha, dan Islam. Yaitu kebudayaan tradisi Grebeg.