Legenda Putri Londa
Puteri Londa
Ilustrasi, Hutan Londa, Foto : Yuotube
Gunung Londa dan Wadu Mbolo yang berada di sisi timur teluk Bima, menyimpan sebuah kisah indah di masa lalu. Al kisah, permaisuri Raja Dompu Sultan Nurullah sangat cantik dan baik hati. Permaisuri itu bernama Nurul Fatirah. Kecantikan dan kebaikan budi pekertinya membuat rakyat Dompu sangat senang kepadanya. Tetapi ada seorang nenek sihir yang sangat iri hati atas kecantikan dan kemuliaan budi Sang Permaisuri. Lalu dia menyihir Permaisuri menjadi se ekor kerbau betina.
Seantero negeri terkejut melihat keanehan itu. Karena merasa malu menjadi kerbau, permaisuri keluar dari istana dan menyusuri hutan belantara bersama dua orang puterinya yang masih kecil yang bernama Nurul Patindah dan Nurtindah. Dalam pengembaraan itu, mereka akhirnya tiba di Gunung Londa, sebuah gunung di tepi teluk Bima. Mereka tinggal di gunung Londa. Dengan penuh ketabahan serta kasih sayang, Nurul Fatirah membesarkan kedua puterinya. Dia mengajarkan kedua puterinya tata krama, sopan santun serta shalat lima waktu. Dia juga mengajari puterinya untuk menari dan menyanyi.
Setelah beranjak remaja, kedua puterinya tampil cantik dan anggun. Pada suatu hari Sangaji Mbojo pergi berburu Rusa di Gunung Londa dan menemukan kedua puteri yang cantik jelita dan baik budinya itu. Sangaji jatuh cinta kepada yang sulung, Nurul Patindah. Disepakatilah pernikahan itu dilaksanakan di gunung Londa. Raja Dompu juga diundang pada pesta itu. Alangkah terkejutnya Raja Dompu melihat kecantikan Nurul Patindah yang mirip sekali dengan isterinya yang telah pergi dua puluh tahun silam.
Seluruh undangan terkejut dan heran, tiba-tiba seekor kerbau betina menari di arena pesta itu. Orang-orang mengusir kerbau itu. Lalu, Nurul Patindah berteriak dan melarang orang-orang mengusir kerbau itu.
“ Jangan..jangan usir dia. Dia adalah ibuku. “ Pinta Nurul Patindah.
“ Ayah……….” Nurtindah menghampiri Raja Dompu dan memeluknya.
Tiba-tiba kerbau betina itu kembali berubah wujud menjadi seorang perempuan cantik jelita. Dialah Nurul Fatirah, permaisuri Raja Dompu Sultan Nurullah yang telah disihir oleh seorang nenek. Mereka akhirnya bertemu dan berkumpul kembali. Hubungan kerajaan Bima dan Kerajaan Dompu terus terjalin mesra. Untuk mengabadikan kerukunan antara kedua kerajaan, maka dibuatlah prasasti di sebuah batu bulat di kaki Barat gunung Londa yang dekat dengan pantai lawata. Batu Bulat itu diberinama Wadu Mbolo yang sekarang menjadi kampong Wadu Mbolo.
Penulis : Alan Malingi