Anak Korban Bully Menjadi Prestasi
Sifa dan Sofi adalah anak kembar, mereka berdua sangat mirip. Orang yang sudah dekat saja kadang masih salah memanggil, apalagi yang baru bertemu.
Meski begitu, mereka berdua berbeda kelas saat di sekolah. Sofi memiliki teman dekat bernama Alia dan Sifa memiliki teman dekat bernama Aira dan Risa.
Pada pukul 07.35, si kembar baru sampai di sekolah. Sofi diminta bertemu dengan Ibu Lia. SIfa pun berjalan duluan, lalu berpapasan dengan Alia.
"Eh Sofi," panggil Alia kepada Sifa.
"Sini deh, aku tahu tentang.." Alia membisikan sesuatu ke Sifa.
Sifa pun menurut. Dia tak bilang bahwa dirinya bukan Sofi.
Bel istirahat berbunyi, Sofi, Sifa, Alia, Aira dan Risa duduk di bawah pohon Mangga.
"Aku tahu rahasia kami sama Alia looh," bisik Sifa kepada Sofi sambil senyum-senyum.
"Rahasia yang mana?," tanya Sofi.
"Tentang kamu sama Alia pengen beli baju saman," kata Sifa.
Sofi pun kaget dan bertanya dari mana Sifa tahu hal tersebut. Sifa akhirnya menceritakan hal yang terjadi di pagi hari.
Setelah itu, mereka berencana untuk bertukar kelas. Sofi ke kelas Sifa dan Sifa ke kelas Sofi. Kali ini teman-teman si kembar tahu rencana mereka.
Saat masuk kelas guru yang mengajar pun datang dan tak menyadari bahwa yang ada di kelas Sifa adalah Sofi. Seisi kelas tertawa kecil karena sang guru tak menyadari adanya kejanggalan.
"Ada apa? Ada yang lucu?" tanya pak Kholid
"Itu pak, Si Rara joget-joget nggak jelas," kata Tia.
"Ya sudah abaikan aja," kata Pak Kholid.
Saat pelajaran selesai seisi kelas melepas tawa mereka. Sofi dan SIfa pun kembali ke kelas masing-masing.
6. Anak Korban Bully Menjadi Prestasi (Buku Kumpulan Cerpen untuk Anak-anak)
Di suatu desa ada seorang anak bernama Hasan. Ayahnya adalah seorang yang tidak disegani sebab sifatnya yang angkuh dan keras kepala. Hal ini diketahui oleh orang-orang yang tinggal di sekitarnya.
Di sekolah, Hasan tak hanya dijauhi, tapi juga dibully oleh teman sebayanya. Setiap pulang sekolah dia selalu mengadu kepada ibunya sambil menangis terisak-isak.
"Sudahlah nak, jadikan saja hinaan temanmu sebagai motivasi untukmu untuk membuktikan bahwa kamu lebih baik dari mereka yang menghinamu," kata Ibu Hasan.
Keesokan harinya Hasan kembali bersekolah. Namun pada hari itu tidak ada yang mengingatkannya bahwa ada ulangan. Hasan pun mendapat nilai yang jelek dan semakin diejek teman-temannya.
Sejak saat itu, Hasan memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah karena tak tahan dengan ejekan teman-temannya. Setelah tiga hari tak masuk sekolah, Ibu guru yang baik hati, Ibu Devi datang ke rumah Hasan.
Dengan kata-kata halus dan bijaksana, Ibu Devi berhasil meluluhkan hati Hasan yang sudah bulat tak mau bersekolah. Namun dia berubah pikiran untuk bertekad untuk rajin belajar dan tak memperdulikan ejekan teman-temannya.
Usahanya pun tidak sia-sia. Dia berhasil menjadi rangking satu di kelas. Hasan sangat bangga dengan prestasinya. Meski masih ada yang mengejeknya, dia tidak peduli dan tetap fokus belajar.