Cerpen Anak Keluarga

“Teman-teman, kalian mau kasih hadiah apa untuk hari ibu nanti,” ujar Tasya pada teman-temanya.

“Kalau aku sih dompet” tambah Tasya.

“Aku kemarin beli mawar, kata orangnya mau di antar pagi-pagi sekali” jawab Irma Rina pun menyahut, “Ibu ku suka sekali buat kue, jadi aku mau ngasih buku resep tentang cup cakes buar ibuku bisa buat kue”

“Kalau aku kemarin sama papa sudah beli kalung yang cantik khusus mama,” ucap Tika, 

“Kamu mau ngasih apa Ris” tanya Tika padaku.

Ketika semua mata tertuju ke arahku, aku belum sempat menjawab, bel pulang sudah berbunyi, aku pun langsung bergegas pulang tanpa menjawab pertanyaan yang mereka lontarkan padaku.

Sesampainya di rumah, aku langsung melihat isi celenganku, saat kuhitung ternyata semuanya belum genap seratus ribu. Aku ingin membelikan mama kerudung warna pink yang disukai mama. Tapi uang yang ku punya belum cukup. Akhirnya aku pun menyimpannya dan berusaha memperoleh tambahan uang dari uang jajan yang setiap hari diberikan mama padaku.

“Ma, besok Riska mau bawa bekal lagi sama lauk telur” pintaku pada mama sebelum tidur.

“Iya Ris” jawab mama.

Keesokan harinya, aku mengeluarkan sepeda dari garasi untuk aku bawa pergi ke sekolah, mama menanyakan perihal kelayakan sepedaku, dan ku cek sepedaku masih layak untuk dipakai setelah kemarin di perbaiki oleh pak Diman.

Setiap hari aku membawa bekal nasi dan telur, hal tersebut agar aku bisa menyisihkan seluruh uangku, dan aku tidak perlu jajan. Uang jajan ku bisa ku gunakan untuk membantu mama dan memberinya hadiah untuk hari ibu.

Sepulang sekolah aku dan mama melihat televisi bersama, betapa kagetnya mama ketika melihat berita di televisi yang mengabarkan rumah saudara mama ambruk. Malam itu setelah mendengar berita, mama tertidur dengan mata yang sembab setelah menangis.

Keesokan harinya ketika aku bangun tidur, aku melihat mama telah duduk di depan mesin jahit kesayangannya. “Ris sini deh, cobalah songket sama baju kurung buatan mama, semoga cocok buat karnaval besok” pinta mama.

“Iya ma” turutku.

“Ma, Riska punya sesuatu buat mama” ku ucapkan sembari menyodorkan suatu amplop hadiah hari bu untuk mama. Aku sangat gugup, saat mama membuka amplop itu,

“Ris, mam gak perlu hadiah. Riska adalah hadiah terbesar yang diberikan Allah untuk mama” kata mama sambil memelukku dengan mata yang berkaca-kaca. Aku pun langsung memeluk erat mama, 

“Ma bukan Riska, tapi mama adalah hadiah terindah yang diberikan Allah buat Riska” jawabku pada mama.