Duta Sampah
Kehidupan manusia yang semakin kompleks berpengaruh terhadap kondisi lingkungan, hal ini dibuktikan dengan fakta tidak adanya interaksi terhadap lingkungan sehingga membuat kesadaran akan menjaga lingkungan menjadi tidak ada, salah satunya masalah sampah.
Masalah sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena Kurangnya pengertian masyarakat terhadap akibat-akibat yang dapat ditimbulkan oleh sampah. Dan juga sampah dianggap masalah yang rumit karena sampah dapat menyebabkan konflik sosial, penyakit, lahan dan biaya yang tidak sedikit. Kesadaran akan menjaga lingkungan perlu dibangun melalui pendidikan kewarganegaraan, salah satunya melalui kegiatan Gerakan Pungut Sampah (GPS) di lingkungan sekolah dengan adanya problem tersebut seluruh siswa SD Negeri 29 Tanjung Kota Bima siap menerapkan Gerakan Pungut Sampah atau GPS untuk membiasakan anak membuang sampah pada tempatnya, tidak lagi di laci meja, sekaligus menanamkan mengajarkan anak cinta terhadap lingkungan sekitarnya.
"Gerakan Pungut Sampah merupakan salah satu budaya bersih di Sdn 29 Tanjung. Berdasarkan hasil pengamatan para guru, masih ditemui beberapa siswa yang membuang sampah di laci meja, dengan adanya hal demikian Ibu Sulastri, S.Pd guru kelas enam A, menginisiasi gerakan pungut sampah PASUKAN KRESEK MERAH, kata Sri Wahyuni, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri 29 Tanjung Kota Bima, perwakilan dari siswa – siswi Kelas VI A selaku DUTA SAMPAH 29, mengaku sangat senang akan kegiatan Gerakan Pungut Sampah (GPS) ini. Mereka bisa mengamalkan slogan Kebersihan sebagian dari iman. Mereka juga senang karena dapat bermanfaat bagi orang lain dan lingkungannya, lanjut Sri.”
Gerakan Pungut Sampah (GPS) merupakan aksi yang memberikan keteladanan, motivasi kepada orang lain untuk menciptakan lingkungan yang bebas sampah, membentuk masyarakat agar menjaga lingkungan bebas sampah, dan manajemen praktik dalam pemilahan sampah organik dan non organik secara mandiri