Anak Kecil Ditepi pantai

Anak Kecil Di Tepi Pantai

Cerpen Karangan: 
Kategori: Cerpen Kehidupan
Lolos moderasi pada: 30 May 2016

“Nir, aku ingin pergi ke pantai kejawanan. Kamu mau ikut menemani aku tidak?” Tanyaku positif. Padahal aku sangat kecewa tak ada Juli dan Aliya. Tapi tak apalah aku mau mengajak Nira daripada tak ada teman.
“Heh? Tumben. Sorry yah kami gak ada urusan di pantai dan lebih baik kamu ajak I’am ke kolam renang baru sana. Iya tidak guys?” Kata Nira yang memang tingkah lakunya begitu.
“Emh.. ya sudah aku ajak yang lain ssh.” aku meringis kesal. Tidak ada ya perkataan yang lebih baik dari itu? Yakh aku mengajak Fera. Fera pun mengangguk setuju. Tapi aku agak ragu sesuatu.

Sore pukul 16.08 aku menunggu di pantai. Fera tak kunjung datang. Ya, itu yang aku ragukan. Dia biasa tak menepati janji dan nanti akan beralasan sesuatu. Ya sudah aku hanya menikmati indahnya pantai itu. Sesekali kerudungku basah terkena air. Deru mesin perahu membuat telingaku -seolah-olah- bergetar mengikuti nada suara itu. Gemericik air menempel di kacamataku. Pandanganku rabun, kacamataku pun ku bersihkan. Tetapi, suatu detik, teralih perhatianku melihat anak kecil di depanku.

Anak kecil yang tak bisa ku bayangkan wujudnya. Ia sedang menangis. Ku dekati anak itu sambil berkata, “Kenapa kamu menangis dik?” Tanyaku. Tangisan anak itu makin keras, seolah-olah memberitahuku kalau dia sedang bahagia terharu. Senyum anak itu mengembang perlahan lahan. “Kak, aku bahagia,” katanya. “Meskipun aku tak bisa melihat keluargaku bersenang-senang, tapi aku bahagia karena menyaksikan betapa bahagianya mereka.” Lanjutnya. “Em. M. M, maksudmu?” Kataku. Tak mengerti.

“Aku adalah seorang anak panti. Suatu hari ada keluargaku mengadopsiku. Aku bahagia bukan kepalang. Tetapi, kebahagiaanku hilang ketika kakakku, ayahku, dan ibuku yang mengadopsiku mengalami kecelakaan besar yang membuat mereka meninggal. Sebelum ayahku meninggal dia berpesan bahwa bahagialah dan kembalilah ke panti. Saat aku ke panti alangkah terkejutnya aku karena ada kebakaran di panti. Aku menangis dan berjalan ke masjid. Di sana aku merasakan hatiku tenang sekali. Aku melakukan salat tahajud karena hari sudah malam. Aku ikhtiar dan tidur di masjid. Aku mendoakan keluargaku dan sahabat sahabatku semoga mereka meninggal khusnul khotimah dan tidak masuk neraka siksaan.” katanya sambil melihat ke atas.

Aku tak bisa menahan tangisku. Aku terharu atas cerita anak tadi. Aku pun pamit ke anak itu. Anak itu tinggal di mana ya? Besok ingin aku jumpai anak itu dan berbahagia dengannya.

TAMAT