Apel Tertawa dan Apel Menangis
Hari itu, Kak Muel tidak bekerja. Ia kembali menyewa perahu dan mengajak Abe berperahu berkeliling pulau.
“Hari ini, kita berkeliling pulau saja melihat keindahan pulau kita,” kata Kak Muel.
Di saat itu, Abe melihat sebuah kapal pesiar lewat. Di atas dek kapal, berdiri seorang anak lelaki kecil. Itu anak yang hampir tenggelam dan ditolong Abe. Di sebelahnya, ada pria yang mungkin ayahnya, menjaganya. Anak itu berteriak dan melambai memanggil Abe. Anak itu memegang sebuah tas kulit.
Saat Abe membalas lambaian, tiba-tiba anak itu melempar tas kulit itu ke arah perahu Abe. Namun karena jaraknya masih jauh, tas itu jatuh ke laut. Seketika, Abe terjun ke air laut dan menyelam. Beberapa saat kemudian, Abe berhasil mengambil tas itu.
“FUAAAH…” Abe muncul lagi di sebelah perahu Kak Muel.
Kapal pesiar tadi sudah menjauh. Anak kecil dan ayahnya tampak melambai ke arah Abe dan Kak Muel. Rupanya, anak itu ingin memberikan tas itu pada Abe.
Abe dan Kak Muel akhirnya tidak jadi berkeliling pulau. Mereka segera pulang ke pondok mereka. Abe segera membuka tas kulit itu. Betapa terkejutnya Abe dan Kak Muel. Di dalam tas itu, ada setumpuk uang yang dibungkus kantong plastik.
“Tuhan menjawab doaku!” seru Abe girang.
Doa Abe memang terjawab. Dengan uang itu, ia bisa membeli bahan bangunan untuk memperbaiki pondok Kak Muel. Ia juga membeli perahu sehingga ia dan kak Muel bisa mendapat uang dengan membawa pengunjung berkeliling pulau