Mengajar Dengan Hati

Sebagai seorang guru,kita diwajibkan untuk mendidik atau memberikan pengajaran kepada peserta didik kita. Kita juga berkewajiban untuk mendidik dengan keikhlasan dengan energi sepenuh hati. Selain itu kita juga diwajibkan untuk mencintai pekerjaan kita sebagai seorang guru dengan ketulusan hati.


Menurut hadist yang diriwayatkan oleh HR. Bukhari dan Muslim.  “ketahuilah, di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Apabila ia baik, maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah itu adalah hati.

Hati merupakan segumpalan darah pada manusia yang menentukan baik buruknya sikap manusia. Apabila ia baik, maka baik pulalah seluruh tubuh manusia. Demikian sebaliknya, apabila ia rusak, maka menjadi rusaklah seluruh tubuh manusia. Jadi hati seseorang akan menentukan sikap orang tersebut. Oleh karena itu, hati merupakan sesuatu yang paling penting dan mulia pada diri manusia.


Hati dan otak merupakan bagian dari organ tubuh manusia yang sangat berhubungan. Namun otak disini hanya  sebagai sumber pengembangan berbagai kecerdasan dan juga ilmu pengetahuan, semua itu bergantung pada hati. Dengan kata lain, sumber atau pusat pendidikan adalah di hati bukan di otak. Karena otak akan di gerakanberdasarkan kata hati seseorang. Oleh karena dalam mendidik peserta didik perlu memfungsikan hati kita sebagai upaya untuk meningkatkan potensi peserta didik.

Sebagai implikasinya dalam pembelajaran di sekolah. Saat mengawali pelajaran di sekolah hal yang pertama yang harus kitalakukan adalah membuka hati peserta didik untuk belajar. Jika pesrta didik sudah terbuka hatinya untuk belajar maka merekaakan terdorong atau tertarik untuk mengikuti pelajaran. Inilah fungsi guru sebagai pengajar sekaligus sebagai pendidik.


Namun untuk membuka hati peserta didik, hal guru harus berupaya untuk menumbuhkan rasa cinta kasih dan sayang terhadap peserta didik. Dengan tujuan agar peserta didik memiliki rasa simpati terhadap guru dan peserta didk juga mempunyai rasa cinta kasih dan saying terhadap gurunya. Jadi yang menjadi permasalahan di sisni adalah bagaimana cara yang harus dilakukan oleh guru untuk agar mampu membangkitkan rasa cinta kasih peserta didik  sehingga guru lebih bersemangat untuk mengajar. Untuk itu, perlu dikaji konsep hati berlandaskan cinta,kasih dan sayang dan diimplementasikan dalam pembelajaran.


Keberhasilan pendidikan di sekolah tidak hanya ditentukan oleh kemahiran guru dalam mangajar, namun ditentukan oleh bagaimana cara dia mendik peserta didiknya. Jadi guru yang baik adalah guru yang dapatmengajar serta mendidik siswanya. Jika guru mampu mengajar dan mendidik secara baik, maka akan dihasilkan anak-anak yang tidak hanya pandai secara intelektualnya, namun juga secara akhlak dan sikapnya. Pada akhirnya akan mampu menghasilkan generasi penerusyang arif dan bijaksana.


Ada perbedaan antara mengajar dan mendidik. Mengajar hanya terbatas pada pemberian materi ajar, sedangkan mendidik lebih kepada bagaimana sikap dan perilaku dalam kesehariannya. Di sini guru akan menjadi artis atau teladan bagi peserta didik. Oleh karena itu,mengajar itu penting, namun lebih penting lagi adalah kegiatan mendidik. Mengajar hanya mengarah pada bagaimana membangun kecerdasan dan kepandaian manusia secara intelektual. Sedangkan mendidik lebih condong pada proses bagaimana peserta didik dapat mengubah dirinya menjadi manusia seutuhnya, baik secara intelektual, spiritual, moral dan sosial.  Perubahan itu tidak hanya dilakukan melalui pengajaran saja, tetapi melalui pendidikan dan keteladanan dari seorang guru. Jadi di sini seorang guru harus lebih banyak dicontoh daripada memberi contoh.


Peran sorang pendidik dalam menolong peserta didiknya, terutama bagi yang bernaslah sangat di harapkan. Pengabdian yang tanpa pamrih dan sikap empati dari seorang guru sangat mereka butuhkan. Berempati merupakan sikap peduli kepada orang lain, secara nyata baik dalam kata maupun tindakan. Guru yang berempati adalah sosok guru yang murah senyum, ramah, lembut tetapi tegas. Tidak akan mudah marah kepada peserta didk yang membuat ulah, tetapi ia malah akan mencari tau mengapa siswa itu seperti itu, dan akan mencari solusi yang tepat untuk memecahkan masalah itu.


Marah terhadap tindakan siswa yang membuat ulah boleh saja, tetapi jangan asal marah. Jika guru hanya marah-marah dan menyalahkan siswa yang membuat masalah, tanpa memberi perhatian dan solusi yang tepat.  Hal seperti itu justru akan menambah beban bagi siswa tersebut. Sebagai guru yang baik harus tetap memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap siswa dengan setulus hati.  Dengan seperti itu guru benar-benar bisa berperan menjadi orang tua kedua bagi siswanya di sekolah. Ia tidak akan menjadi sesosok guru yang galak dan menaakutkan bagi siswa, ia justru akan menjadi sahabat bagi para peserta didiknya.


Guru yang seperti itu sangat layak untuk memperoleh julukan pahlawan tanpa tanda jasa, yang selalu memiliki semangat untuk mengabdi tanpa pamrih. Ia menganggap menjadi seorang guru adalah panggilan illahi. Jika guru adalah pahlawan, maka ia harus siap untuk berjuang bagi banyak orang, trutama bagi peserta didiknya. Ia membukakan mata yang buta pengetahuan, membebaskan mereka, yang terbelenggu kebodohan serta memberi tuntunan terhadap mereka yang tidak tahu arah tujuan. Ini adalah pengabdian besardan tidak mudah. Guru yang memiliki empati tidak akan menjadikan sekolah sebagai lahan bisnis, melainkan lahan perjuangan untuk membangun generasi muda yang arif dan bijaksana.  Guru yang tidak hanya menguasai bidang pengajarannya, tetapi juga yang sadar akan tugasnya sebagai pendidik. Ia sadar sepenuhnya bahwa siswanya tidak hanya meneladani apa yang ia ajarkan melalui pembelajaran dalam kelas, tetapi terlebih dari sikap dan perilaku sang guru.(ksm29)