Mengenal Raden Mas Syahid, Wali yang Sering Disebut Seniman
Raden Mas Syahid merupakan nama asli dari Sunan Kalijaga, salah satu tokoh penyebar agama Islam yang populer di daerah Jawa, khususnya Jawa Tengah. Ia termasuk ke dalam jajaran Wali Songo, sosok yang sangat berjasa dan membantu proses islamisasi di Jawa.
Mengutip dari buku Sejarah Wali Songo yang ditulis oleh Zulham Farobi, eksistensi Wali Songo dinilai penting oleh masyarakat muslim Jawa. Sebab, ajaran-ajaran dan dakwah mereka yang unik, sosok-sosok teladan dan ramah terhadap masyarakat Jawa membuat proses islamisasi lebih mudah ke seluruh wilayah Nusantara.
Wali Songo menyebarkan agama Islam dari Jawa Barat sampai ke Jawa Timur. Mereka berdakwah di Cirebon, Demak, Kudus, Muria, Surabaya, Gresik, dan Lamongan. Proses islamisasi yang dilakukan juga berjalan dengan damai.
Para wali ini menyebarkan agama Islam menggunakan pendekatan budaya dengan cara menyerap seni budaya lokal dan dipadukan dengan ajaran Islam. Wali Songo terdiri dari 9 wali, mereka merupakan ahli agama yang memberikan pengajaran sebagai guru yang mampu menerangkan banyak hal mengenai Islam kepada murid-muridnya.
Profil Singkat Raden Mas Syahid
Raden Mas Syahid adalah salah satu dari wali tersebut, ia dikenal dengan nama Sunan Kalijaga. Ia merupakan putra dari Tumenggung Wilatikta, seorang bupati daerah Tuban. Ibunya bernama Dewi Nawangrum.
Sunan Kalijaga lahir sekitar pertengahan abad ke-15 M di Tuban, pada tahun 1430-an, yang dihitung dari tahun pernikahannya dengan putri Sunan Ampel, saat dirinya berusia 20 tahun.
Sementara itu, pemilik nama asli Raden Mas Syahid tersebut meninggal pada abad ke-16 M, atau sekitar tahun 1580 M.
Dikenal Sebagai Seniman dan Seorang Wali
Dalam buku Mengungkap Perjalanan Sunan Kalijaga karya Jhony Hadi Saputra, dikisahkan bahwa Sunan Kalijaga justru lebih dikenal sebagai seorang seniman daripada wali yang bertugas menyebarkan agama Islam.
Hal itu karena ia menyebarkan Islam dengan menyatukan kultur budaya masyarakat Jawa. Misalnya melalui tembang, kidung, macapat, dan kesenian rakyat lainnya.
Meski begitu, bukan berarti masyarakat hanya diajak berkesenian, namun juga sambil menanam ajaran-ajaran agama Islam, yang tanpa disadari menjadi acuan dalam berpikir dan berperilaku.
Raden Mas Syahid sangat toleran pada budaya lokal. Menurutnya, masyarakat harus didekati secara bertahap, yang artinya harus mengikuti sambil memengaruhi. Ia berkeyakinan, apabila Islam sudah dipahami, maka perilaku mereka akan berlandaskan ajaran Islam.
Sunan Kalijaga menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Selain itu, ia juga menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu.
Karya-karya Sunan Kalijaga
Selain berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Tanah Jawa, Sunan Kalijaga juga mendapat gelar seniman dan budayawan.
Mengutip dari sumber yang sama, dirinyalah yang pertama kali menciptakan berbagai kesenian, mulai dari wayang kulit, seni suara, seni pakaian, dan lain-lainnya. Berikut pemaparannya.
1. Seni Suara
Sunan Kalijaga yang pertama kali menciptakan tembang Dandang Gula dan Dandang Gula Semarangan, serta beberapa tembang lainnya.
2. Seni Pakaian
Baju taqwa merupakan hasil ciptaan Raden Mas Syahid yang kemudian disempurnakan oleh Sultan Agung dengan destar nyamping dan keris serta rangkaian lainnya. Baju ini masih banyak dipakai oleh masyarakat jawa dan menjadi pakaian adat. Umumnya digunakan pada upacara perkawinan.
2. Seni Ukir
Seni ukir bermotif dedaunan adalah hasil karya Sunan Kalijaga. Bentuk gayor atau alat menggantungkan gamelan dan bentuk ornamentik lainnya bahkan dianggap sebagai seni ukir nasional.
3. Bedug atau Jidor di Masjid
Ide menciptakan bedug di masjid berasal dari Sunan Kalijaga. Hal ini dimaksudkan untuk memanggil orang-orang pergi ke masjid mengerjakan salat jamaah.
4. Gerebeg Maulid
Ritual yang diprakarsai Sunan Kalijaga ini adalah tabligh atau pengajian akbar yang diselenggarakan para wali di Masjid Demak untuk memperingati Maulid Nabi.
5. Wayang Kulit
Sebelum masa Sunan Kalijaga, wayang berbentuk gambar. Adegan demi adegan wayang digambar pada sebuah kertas dengan wujud manusia. Karena diharamkan oleh Sunan Giri, maka Sunan Kalijaga membuat kreasi baru, bentuk wayang diubah sedemikian rupa dan digambar atau diukir pada sebuah kulit kambing.