Sejarah Seni Tari di Indonesia, Sudah Ada Sejak Zaman Prasejarah

Sebuah gerak yang diberi bentuk ritmis dari anggota badan di dalam ruang dan waktu tertentu disebut dengan seni tari. Di Indonesia, seni tari telah ada sejak zaman prasejarah, bahkan hingga perjuangan.

Pada masa prasejarah, tarian-tarian sudah tercipta dengan menggunakan gerakan tangan dan kaki meski masih sederhana.


Melansir dari buku Mengenal Seni Tari Indonesia karya Muryanto, S.Pd., para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai seni tari.


Menurut Prof. Dr. Soedarsono, seni tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dalam bentuk gerak yang ritmis dan indah. Sementara itu, BPH Suryodiningrat mendefinisikan seni tari sebagai gerakan-gerakan dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama serta mempunyai maksud tertentu.


Sejarah Seni Tari di Indonesia

Pada masa kerajaan Hindu, seni tari banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan India. Bahkan berkembang pesat hingga menjadi bagian penting dalam pelaksanaan upacara keagamaan dan upacara adat.


Sementara itu, di era kerajaan Islam, seni tari digunakan untuk menyebarkan agama dengan mempertimbangkan sejumlah hal. Jika ada yang tidak sesuai maka akan diubah.


Secara umum, sejarah perkembangan seni tari di Indonesia dapat dibagi ke dalam 5 masa, berikut penjabarannya:

1. Zaman Prasejarah

Pada era ini, manusia belum mengenal tulisan. mereka hidup secara berkelompok dan berpindah-pindah sambil bercocok tanam. Kepercayaan yang dianut seperti animisme, dinamisme, dan ateisme.


Di masa itu, tari-tarian sudah tercipta dengan menggunakan gerakan tangan dan kaki walaupun masih sangat sederhana. Lalu, mereka juga telah mengenal instrumen sebagai pengiring tarian.


Nekara jadi salah satu instrumen musik yang digunakan pada zaman prasejarah dan membuktikan perkembangan seni tari di masa tersebut.


Seni tari pada zaman prasejarah banyak dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat, sehingga bentuknya terlihat seperti:

Sangat sederhana

Gerak dan iringan tari sederhana

Riasannya dominan berwarna putih, hitam, dan merah

Tidak ada norma-norma yang mengatur gerak tari

Sekedar memenuhi untuk pelaksanaan upacara

Gerak tari fokus pada kaki dan tangan


2. Zaman Indonesia-Hindu

Pada masa pemerintahan Indonesia-Hindu, seni tari banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan India. Mayoritas pedagang yang datang cenderung menetap bahkan menikah dengan penduduk pribumi.


Kehidupan bangsa Indonesia sangat dipengaruhi oleh agama Hindu, terutama pada masa Kerajaan Singasari, Kediri, tumpel, dan Majapahit. Hal tersebut menjadi penyebab perpaduan tari India dan budaya yang ada pada kerajaan-kerajaan masa itu.


Ketika masa Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Kutai, perkembangan seni tari mengalami kemajuan yang pesat dan jadi bagian penting dalam pelaksanaan upacara keagamaan.


Banyak jenis tari yang disajikan pada zaman Indonesia-Hindu, sebab seni tersebut mendapat perhatian dari para raja dan bangsawan. Jenis-jenis tari itu meliputi tarian untuk upacara adat dan upacara keagamaan.


Sementara itu, tarian tradisional juga ikut berkembang sebagai hiburan atau tontonan yang menarik pada kala itu. Pertumbuhan seni tari di zaman Indonesia-Hindu bersumber dari cerita Mahabharata dan Ramayana yang menggambarkan kebudayaan India.


Sehingga, bentuk gerak disusun selaras dengan kebutuhan upacara yang dilandasi atas kepercayaan bahwa seni tari berasal dari para dewa.


3. Zaman Indonesia-Islam

Setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit, pengaruh agama Islam mulai menyebar. Para penyebar agama Islam mulanya kesulitan dalam menarik simpati masyarakat, sehingga mereka menempuh cara dengan memadukan budaya Islam dengan budaya yang telah ada, yaitu budaya Hindu.


Seni tari yang dipakai oleh penyebar agama Islam tidak jauh berbeda dengan zaman Indonesia-Hindu. Pada perkembangannya, jenis tari yang berasal dari zaman Indonesia-Hindu tetap terpelihara dan dikembangkan sebagai sarana penyebaran ajaran.


Apabila ada yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka akan diubah. Beberapa fungsi seni tari disesuaikan mengikuti perubahan peradaban masyarakat yang telah menganut ajaran agama Islam.


Penyebar agama Islam, Sunan Kalijaga menciptakan beberapa jenis topeng untuk melengkapi jenis topeng yang telah ada sejak zaman Majapahit.


Ia memiliki ide untuk mengembangkan Bedoyo Sapto, sebuah tarian pada zaman Indonesia-Hindu dengan jumlah penari mulanya 7 orang dan diubah menjadi 9 orang.


7 penari itu menggambarkan bidadari cantik di kayangan, yaitu Suprobo, Wilutomo, Rasiki, Surendro, Bagan Mayang, Irim-Irim, dan Tunjung Biru. Kemudian, diubah menjadi 9 dengan melambangkan jumlah wali.


Selain itu, angka 9 juga diartikan sebagai jumlah total yang dimiliki manusia. Sejak saat itu, seni tari yang berasal dari kerajaan Hindu mengalami penggarapan di lingkungan Keraton.


Zaman kerajaan Islam memberikan pengaruh yang besar terhadap kesenian di Jawa.


4. Zaman Penjajahan

Pada era kolonialisme atau penjajahan, seni tari banyak mengalami kemunduran. Suasana tersebut membawa penderitaan bagi rakyat, sehingga diabaikan dan bukan menjadi salah satu kebutuhan dalam masyarakat. Hanya di lingkungan tertentu saja seni tari masih terpelihara dengan baik, seperti di istana atau Keraton.


Pemeliharaan seni tari itu bertujuan untuk menyambut tamu raja, sebagai rangkaian acara pernikahan putra dan putri raja, penobatan, hingga jumenengan raja.


Akibat penjajahan yang semakin menyengsarakan masyarakat, muncullah aspirasi untuk menciptakan jenis tari yang mengangkat semangat kepahlawanan, seperti tari prajurit, tari pejuang, tari Prawiroguno dan tari Bondoyudo.


5. Zaman Setelah Kemerdekaan hingga Sekarang

Setelah pasca kemerdekaan, seni tari mengalami perkembangan yang jauh lebih baik dibandingkan zaman sebelumnya. Banyak jenis-jenis tari mulai kembali ditekuni, seperti tarian untuk upacara adat daerah, tarian sebagai upacara keagamaan di Bali, dan tarian hiburan untuk melepas lelah.


Tari yang dibuat sebagai tontonan juga mengalami kemajuan. Sebagai bukti, hal itu terlihat dari menjamurnya sanggar-sanggar tari di Indonesia.