5 Contoh Makam Peninggalan Sejarah Masa Islam di Nusantara

Ada sejumlah peninggalan bercorak Islam di Indonesia yang saat itu masih dikenal dengan Nusantara. Contohnya adalah makam.

Makam yang merupakan tempat peristirahatan terakhir bagi manusia setelah meninggal dunia lalu dikuburkan. Biasanya, untuk makam-makam tertentu atau makam para tokoh yang tersohor akan dijadikan tempat ziarah.


Di Indonesia sendiri, berkembangnya Islam ini meninggalkan bukti-bukti baik dalam hal budaya maupun tradisi. Peninggalan tersebut misalnya saja berupa bangunan sekitar makam yang memiliki karakteristik pada arsitektur.


Seperti yang dijelaskan dalam buku Wahana Ilmu Pengetahuan Sosial karya Novi Listyandari dkk, biasanya makam tersebut membentuk suatu kompleks. Contohnya makam Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Muria, dan Raja-raja Mataram di Imogiri Yogyakarta. Makam tersebut memiliki ciri khas yang membentuk suatu kompleks.


Ciri yang menonjol pada makam peninggalan Islam lainnya yaitu biasanya memiliki kijing (jirat), nisan, dan cungkup. Berikut ini penjelasannya :


Kijing (jirat) merupakan suatu bangunan dari batu yang berbentuk persegi panjang, yang mana memiliki arah lintang utara ke lintang selatan

Nisan, merupakan dua buah tonggak yang berukuran pendek biasanya terbuat dari batu yang ditanam di atas gundukan tanah sebagai tanda kubur. Kedua nisan itu akan dipasang di ujung utara dan ujung selatan makam. Biasanya pada nisan juga terdapat huruf Arab yang berbentuk kaligrafi

Cungkup, merupakan sebuah bangunan yang mirip dengan rumah dan letaknya berada di atas kijing (jirat).

Bukan hanya itu saja, pada makam kuno biasanya juga dapat memiliki suatu nilai budaya yang sangat tinggi. Bagi tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan Islam di Indonesia sendiri misalnya, biasanya pada makam akan didirikan kubah yang sangat indah dan megah.


Mengenai makam yang diberikan kijing (jirat) atau cungkup ini sebenarnya tidak ada aturan khusus di dalam islam yang membahas mengenai kedua hal tersebut. Pada buku Sejarah karya Habib Mustopo dijelaskan bahwasannya ciri dari cungkup dan kijing ini merupakan peninggalan pada masa Hindu.


Hal itu dikarenakan, pada saat wali songo menyebarkan agama Islam di Jawa tidak menghilangkan unsur dan kebiasaan dari masyarakat di Nusantara. Pada saat itu juga, kebanyakan masyarakat masih menganut agama Hindu atau bahkan kepercayaan lokal setempat.


Hal tersebut, menjadi sebuah akulturasi yang terus terpatri hingga saat ini dimasyarakat. Begitu pula dengan penempatan makam. Biasanya untuk para Sultan atau petinggi akan dimakamkan ke tempat yang lebih tinggi. Misalnya saja kompleks makam raja-raja Mataram di Bukit Imogiri. Lalu, untuk para sunan akan ditempatkan dekat dengan masjid seperti halnya makam para wali. Pada masjid Demak, Kadilangu dan Sendang Duwur.


Mengutip buku Sejarah Indonesia Madya Abad XVI-XIX karya Kardiyat Wiharyanto, berikut contoh makam sebagai peninggalan sejarah di masa Islam yang ada di Nusantara:


Makam Sultan Malik Al-Saleh yang terdapat di Aceh Timur dengan batu nisan di Gujarat (India)

Makam Fatimah binti Maimun di Leran, Jawa Timur

Makam Para Wali yang ada di pulau Jawa, misalnya saja makam Sunan Drajat di Sendang Duwur (Tuban), makam Sunan Gunung Jati di Cirebon, makam Sunan Malik Ibrahim di Gresik

Makam Panembahan Senopati di Kotagede Yogyakarta

Makam Sultan Agung Hanyakrakusuma, di Imogiri, Yogyakarta