Gelar Raja Islam Pertama di Nusantara dan Sejarahnya

Di antara bukti masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia adalah dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam pada masa lampau. Dan diketahui bahwa Perlak merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.


Mengutip buku Dinamika Islam di Nusantara oleh Ahmad Zuhdi dkk, catatan Abu Ishak yakni Idharatul Haq fi Mamlakatil Ferlah wal Fasi menginformasikan bahwa Islam pertama kali masuk ke Indonesia melalui para pedagang dari Gujarat yang melabuhkan kapalnya di Bandar Peureulak, sekarang Aceh Timur.



Dikatakan bahwa kapal tersebut membawa 100 orang yang berasal dari Arab, Persia, dan India. Mereka bukan hanya datang untuk melakukan perniagaan, mereka juga mengemban amanah untuk menyebarluaskan ajaran Islam.



Dari situlah Islam mulai berkembangan dengan mendirikan kerajaan pertamanya di nusantara yakni Perlak pada tahun 225 H atau 840 M. Dikatakan pula bahwa Perlak adalah kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara.



Raja Pertama Perlak dan Gelarnya


Ketika awal berdirinya kerajaan Perlak, raja pertamanya yaitu Sayid Abdul Aziz, dengan gelar Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah yang memimpin dari tahun 225 H-249 H atau 840 M-864 M.



Sejak itu Islam memulai pengajarannya di kalangan pribumi. Perlak pun terus dipimpin oleh anak cucu keturunan Sultan Alaiddin Syah dengan jumlah 18 orang raja yang pernah berkuasa dari tahun 840 M-1292 M.



Masa Kejayaan Perlak


Kerajaan Perlak mencapai masa emasnya pada masa Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah tahun 1225 M-1263 M. Ketika itu Perlak maju dalam bidang pendidikan dan perluasan wilayah dakwah. Sehingga ia menikahkan dua putrinya kepada Sultan Malikul Saleh dari Samudra Pasai dan Raja Tumasik.



Kemajuan Perlak juga terbukti dengan ditemukannya mata uang Perlak sebagaimana dijelaskan dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah oleh Imam Subchi. Ada tiga jenis mata uang yang diketahui, yakni terbuat dari emas, perak, dan tembaga atau kuningan.



Pada sisi mata uang emas, ada tulisan 'al-A'la' dan bagian lainnya tertulis 'Sultan'. Adapun uang peraknya tercantum tulisan 'Dhuribat Mursyidam' dan sisi satunya 'Syah Alam Barinsyah'. Dan di mata uang tembaga ada aksara Arab yang belum bisa terbaca hingga sekarang.



Pada tahun 662 H atau 1263 M, ia digantikan oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat, yang merupakan raja terakhir Perlak. Setelah sultan terakhir wafat, barulah kerajaan Perlak disatukan dengan kerajaan Samudra Pasai.