Kisah Nabi Ibrahim A.S

Cerita bermula saat Nabi Ibrahim AS mengunjungi istri dan anaknya, Hajar dan Ismail, yang sedang berada di Mekah. Suatu hari, Nabi Ibrahim bersama Hajar dan Ismail menggiring ternak yang berpuluh-puluh jumlahnya.

Hari mulai larut dan mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan tidur di suatu tempat bernama Masy'aril Haram. Karena terlalu lelah, ketiganya langsung tertidur pulas

Malam itu, NAbi Ibrahim tiba-tiba bermimpi. Ia diperintah untuk menyembelih Ismail sebagai kurban kepada Allah SWT.

Beliau lalu terbangun dan terdiam, berusaha mengartikan mimpinya tersebut. Sampai pagi tiba, dia tetap terjaga dan tak mau menceritakan mimpinya itu pada sang istri dan anaknya. Ia takut mimpi itu hanya membuat Hajar dan Ismail takut dan gelisah.

Perjalanan pulang dengan ternak-ternak pun dilanjutkan. Mereka sempat berhenti sejenak untuk istirahat hingga akhirnya melanjutkan perjalanan kembali.

Setelah tiba di rumah mereka di Mekah, Nabi Ibrahim kerap terdiam dan tak banyak bicara. Sedangkan, wajah Ismail selalu tersenyum dan berseri.

Saat malam tiba, Nabi Ibrahim kembali mendapatkan mimpi yang sama. Suara itu terdengar begitu jelas dalam mimpinya.

"Wahai, Ibrahim! Sembelilah Ismail untuk berkurban kepada Allah SWT!" demikian suara dalam mimpi Nabi Ibrahim.

Ketika terbangun dari tidurnya, Nabi Ibrahim menjadi resah. Mendekati waktu subuh dia pun mengambil air wudhu, lalu membangunkan istri dan anaknya untuk beribadah kepada Allah SWT.

Untuk ketiga kalinya, Nabi Ibrahim kembali bermimpi tentang perintah menyembelih Ismail. Hal ini lalu membuat dia yakin bahwa mimpi itu merupakan perintah dari Allah SWT pada dirinya.

Memikirkan untuk menyembelih putranya sempat terpikirkan oleh Nabi Ibrahim. Sebagai seorang ayah, dia begitu menyayangi sang putra. Mengetahui hal itu, setan pun mulai mencoba meruntuhkan ketakwaan Nabi Ibrahim. Setan berkali-kali membujuknya untuk membangkang, namun semua itu ditepis Nabi Ibrahim.

Suatu hari, Nabi Ibrahim sudah tak mampu lagi menanggung beban pikiran itu. Meski berat, dia telah bertekad untuk melakukan perintah Allah SWT.



Nabi Ibrahim lalu memanggil Ismail dan memintanya sabar serta tabah. Ismail pun mulai memahami keresahan ayahnya.

"Ayah, apa pun perintah Allah SWT, katakanlah! Saya akan tetap sabar dan sabar. Sebagai orang beriman, apa pun perintah Allah SWT harus dilaksanakan. Jelaskanlah, saya akan tabah dan sabar mendengarnya," kata Ismail.

Nabi Ibrahim lalu menjelaskan mimpinya pada sang putra. Wajah Ismail tampak tidak berubah dan terlihat menunjukkan ketabahan.

Setelah bicara dengan Ismail, Nabi Ibrahim lalu bicara dengan istrinya. Hajar menangis, lalu mendekap erat Ismail. Hajar hanya bisa menangis, tanpa bisa mencegah karena dia menyadari bahwa perintah itu datang dari Allah SWT.

Setelah keluarganya tahu, Nabi Ibrahim pun bersiap untuk menjalakan perintah Allah SWT. Iblis sempat mencoba menggoda Nabi Ibrahim, tapi dia tidak terpancing hingga iblis itu hilang dari pandangan.

Berkali-kali Nabi Ibrahim bertemu dengan iblis dan jelmaannya dalam perjalanan bersama Ismail. Nabi Ibrahim tak berkutik dan melempar iblis itu sambil berseru, "Enyah kau iblis...jangan mengganggu kami!"

Setelah beberapa kali dihadang, Nabi Ibrahim dan Ismail akhirnya sampai di Bukit Malaikat di daerah Mina. Sejenak Nabi Ibrahim berpikir dan memohon petunjuk dari Allah SWT.

Nabi Ibrahim lalu menemukan batu datar yang cukup besar. Ismail lalu dibaringkan di sana. Wajah Ismail ditutupi oleh bajunya karena Nabi Ibrahim tak tega melihat anaknya disembelih.

Saat akan menyembelih, ternyata pisau yang digunakan tumpul. Nabi Ibrahim lalu meminta anaknya untuk bersabat dan tawakal.



Ia lalu kembali mencoba menyembelih Ismail dengan pisau yang tajam. Kali ini, Malaikat Jibril datang setelah diutus Allah SWT. Suara Malaikat Jibril terdengar di seluruh penjuru bukit.

"Hai Ibrahim! Sungguh kau telah siap untuk melaksanakan perintah Tuhan! Allah SWT akan mengampunimu dengan ketaatanmu itu. Hai Ibrahim! Sembelilah kibas ini sebagai pengganti Ismail! Makanlah dagingnya, jadikanlah hari ini sebagai hari raya bagi kalian berdua dan sedekahkanlah sebagian dari dagingnya untuk fakir miskin sebagai kurban!" demikian kata Malaikat Jibril.

Mendengar seruan Malaikat Jibril, Nabi Ibrahim kaget dan rona wajahnya langsung berubah bahagia. Ia lalu menyimpan kembali pisaunya dan meminta Ismail bangun.

Kejadian ini menjadi suatu mukjizat dari Allah SWT yang menegaskan bahwa perintah pengorbanan itu hanya ujian bagi Nabi Ibrahim AS dan Ismail. Perintah itu seperti ingin mengetahui sejauh mana cinta dan taat keduanya pada Allah SWT.

Mengenai pergantian kurban Ismail tersebut, Allah SWT berfirman dalam Surat As-Saffat ayat 102-107:

Setelah Malaikat Jibril menyampaikan firman Allah SWT tersebut, tampak seekor kambing sehat dan besar berjalan dari atas bukit. Kambing itu ditangkap oleh Nabi Ibrahim AS dan Ismail, kemudian disembelih dengan mengucapkan nama Allah SWT.

Kisah Nabi Ibrahim ini tertulis dalam Al-Qur'an dan berkaitan dengan perayaan Idul Adha. Di momentum yang tepat ini, Bunda bisa ceritakan kisah ketaatan Nabi Ibrahim AS dan Ismail untuk dijadikan suri teladan yang baik.

Nabi Ibrahim menjadi sosok ayah yang taat, sementara Ismail adalah anak penurut yang sabar. Dari kisah keduanya ini, si Kecil dapat belajar makna kurban di Hari Raya Idul Adha.