Matematika itu Asyik
Matematika menjadi momok nomor satu bagi siswa. Kebanyakan siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang susah, banyak teori, abstrak dan tidak menarik untuk dipelajari apalagi di dalami. Stigma tersebut memang benar adanya. Tetapi matematika tetaplah matematika. Ia mempunyai keistimewaan tersendiri, dengan ke-abstrak-annya dan dengan banyak misterinya.
Stigma tersebut merupakan tantangan bagi para penggiat matematika untuk merevolusi matematika itu sendiri agar matematika menjadi sebuah pelajaran yang mudah, konkret dan terlebih bisa menarik untuk dipelajari. Hal ini diharuskan, guna menghadapi era digital saat ini. Matematika harus menjadi sebuah “permainan” yang mengasyikkan untuk dipelajari dan menjadi sebuah “obat” yang mujarab untuk semua masalah di kehidupan nyata.
Sebuah pepatah “tak kenal maka tak sayang” layaknya pas dan klop untuk disandangkan pada matematika. Karena sejatinya kita sebenarnya belum mengenali matematika, sehingga kita belum memahami seberapa penting matematika. Mengapa demikian?. Jawabannya adalah karena matematika ada di sekitar kita dan matematika dibutuhkan di setiap aktivitas kita. Bukankah setiap pagi kita melihat waktu? Waktu adalah bagian dari matematika. Bukankah setiap saat kita menggunakan HP? HP ada karena logika matematika. Ibu yang berbelanja, bapak yang sedang berjualan, kakak yang bekerja, adik yang sedang bermain dan semua orang yang melakukan aktivitas di hari ini apakah luput dari yang namanya matematika? Tentu saja tidak. Sekecil apapun matematika akan selalu ada di kehidupan kita. Sadarkah kita, bahwa kita belum kenal apalagi sayang dengan matematika.
Barangkali contoh-contoh yang diutarakan diatas terkesan “lebay” dan mengada-ada. Tetapi faktanya memang begitu. Kita tidak bisa jauh dari matematika seperti smarthphone yang kita genggam . Kita tidak dapat lepas dari matematika seperti game online yang kita mainkan. Lalu masihkah kita enggan untuk sedikit memberi perhatian lebih pada matematika?. Hanya karena stigma-stigma di atas yang belum pasti keabsahannya.
Matematika jauh lebih penting untuk mengatasi persoalan hidup dari tingkat sederhana sampai kompleks. Matematika jauh lebih penting untuk mengatasi kesenjangan sosial antara si miskin dan si kaya. Dan lebih lebih matematika juga penting untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa kita. Karena hakikatnya matematika penting sebagai “obat dan vaksin” untuk kita semua.
Guru saya pernah berkata " Jika kau menguasai Bahasa, maka Kau akan menguasai separuh dunia. Dan Jika kau menguasai Matematika maka dunia dan isinya adalah miliikmu" (ksm29)